Assalamu'alaikum Wr.Wb
What’s up Guys.. bertemu kembali
bersama artikel alias pengalaman gue yang selalu tidak memberikan manfaat
apapun. Kemaren-kemaren, temen-temen dari daerah alias tempat tinggal gue
banyak yang bilang, “cong, tulisan di blognya kok alay sih? Kamu kan cowok!”,
inget temen-temenku, ini hanya sekedar artikel pengalaman alias kayak diary
lah, cuma bedanya, diary ini ditulis diblog, bukan di buku, kan kalau tulis
diary bebas menggunakan bahasa apa aja yang kita inginkan. Dikehidupan
sehari-hari, gue gak terbiasa pake
‘bahasa lo gue’, apalagi di medsos, ini hanya sebatas bahan untuk blog kawan,
jadi tenang aja, gue gak bakal menghilang dari sifat kedaerahan gue. Kembali ke
blog, kali ini gue akan membahas sedikit tentang kehidupan sehari-hari selama
disekolah. Nah bedanya, Gue juga akan membahas sedikit tentang seorang guru di
sekolah gue, yang gue udah anggep seperti bapak gue sendiri lah, itu kalau
disekolah.
Kalian semua pasti punya guru
favorit, kriteria guru favorit pun berbeda-beda, ada yang karena jarang masuk
kelas, jarang marah, jarang ngasih pr, jarang ngasih tugas, dsb. Gue juga punya
guru favorit. Kalau kalian menjadikan guru terfavorit karena beberapa alasan di
atas, kalau gue beda. Gue ‘suka’ sama guru ini karena sifatnya yang kebapakan,
sering nyapa, dan yang terpenting, dia rajin menjerumus ke disiplin, dalam
artian gak pernah telat lah kalau masuk kelas, meskipun banyak juga sih
anak-anak yang ngeluh karena terlalu rajin. Dulu temen sebangku gue pernah
bilang, “tuh bapak kok rajin banget ya, giliran masuk aja rajin, giliran gak
masuk malah ngasih tugas”. Namanya Koyyum Musthofa. Beliau mengajar bahasa arab
di sekolah gue, beliau asli Ngawi, dan beliau memiliki 3 orang anak. Dikelas, banyak temen-temen yang suka beliau
karena lebih banyak bercerita dan memberikan nasehat, daripada tulis sesuatu di
papan, itupun sering disela-sela pembahasan materi. Problemnya, gue jadi gak
terlalu bisa alias belum paham dalam materi yang di ajarinya, gue bingung, apa
karena beliau lebih banyak bercerita jadi gue agak males yang mau ngedengerin,
atau karena memang gue yang males dari awal? Tapi terlepas dari itu, beliau
sabar dalam mengajari anak didiknya dan beliau jarang marah, tapi beliau bisa
tegas juga. Ketika gue menjadi ketua di salah satu organisasi, yang kebetulan
dibina oleh beliau, dengan kesabaran dan ketelatenan beliau, gue selalu diberi
nasehat ketika terjadi kesalahan di kinerja gue. Yang gue suka dari beliau, ada
kegiatan yang rutin sekali beliau kerjakan setiap pagi disekolah. Bukan
menyapu, bukan bersih-bersih, tapi beliau selalu berdiri di gerbang pagar
sekolah gue. Gue gak tau tujuannya apa, cuma disetiap beliau berdiri disitu,
yang notabene seorang guru, alhasil mau gak mau setiap siswa yang datang pasti
bersalaman dengan beliau. Meskipun ada juga guru lain yang menunggu di garbang pagar setiap pagi, tapi beliau 'beda'. Terkadang, beliau sering mendahului mengucapkan
salam, ke anak didiknya satu persatu, setiap ada siswa, dia mengucapkan salam,
satu siswa satu salam. Alhasil, jika ada siswa yang tidak menjawab salam
beliau, beliau akan ‘mencubit manja’. Terkadang beliau juga berbasa basi ke
setiap siswa yang diberhentikannya, “nak, sudah sarapan?”, “gimana kok gak rapi
rambutnya”, “kok masih ngantuk kayaknya nak?”, “yang rapi kalau pake seragam
itu, rapiin dulu!”, “kukunya panjang, jangan masuk! Potong dulu kukunya!”.
Filing gue, beliau melakukan itu mungkin karena beliau ingin setiap dipagi
hari, anak didiknya harus memiliki semangat sekolah yang tinggi, gak cemberut, disiplin,
selalu senyum dan mungkin beliau secara tidak langsung mengajarkan anak
didiknya untuk selalu mengutamakan mengucapkan salam ketika bertemu siapapun.
Setiap siswa yang bertemu beliau, pasti merasakan apa yang gue rasakan.
Intinya, mengucapkan salam itu
penting kawan, tak peduli kalian kaya, miskin, orang biasa, guru, bupati,
sampai presiden pun harus mengucapkan salam, karena jika tidak ada salam
keselamatan (Assalamu’alaikum) didunia ini, maka hancurlah kita. Jangan pernah
sombong sehingga kalian enggan mengucapkan salam, jangan pernah gengsi menyapa
orang sehingga kalian selalu melewati sesama muslim tanpa adanya salam
keselamatan. Tetaplah menjaga silaturahmi meskipun hanya sebatas salam. Bisakah
kalian berlomba-lomba mengucapkan salam terlebih dahulu lalu berjabat tangan meskipun kepada orang yang tidak kalian kenal? COBALAH!
Sampai disini dulu artikel alias
pengalaman gue, terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk membaca artikel
tak bermanfaat ini, semoga kalian dapat mencari hikmah dibalik artikel ini.
ikuti terus blog ini dengan men subscribe blog www.mistergoblogger.blogspot.com,
share artikel ini, jangan lupa komen saran dan kritik kalian melalui kolom
komen atau chat box. Sampai jumpa di artike-artikel berikutnya..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tag :
Mirip Vlog
0 Komentar untuk "Sekilas Tentang ‘Bapak Kedua’, Gak Jawab Salam, ‘DICUBIT MANJA’"